RRT Mengancam Dunia Melalui Inflasi
Posted On 03 Juli 2008 at 00.00
Oleh James S. Kallman
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat ini memang telah menjadi satu kekuatan ekonomi utama dunia. Banyak negara yang mulai mengalami kesulitan untuk melakukan persaingan usaha dengan RRT karena keunggulan komparatif yang dimilikinya. Amerika Serikat mengalami kesulitan yang sama dalam mengemban ekonominya ketika berhadapan dengan barang-barang RRT yang terkenal murah di pasar internasional. Bahkan melambungnya harga minyak dunia telah menempatkan Amerika Serikat dalam posisi yang kian lemah dan memunculkan adidaya ekonomi baru seperti RRT dan India, misalnya. RRT memiliki banyak keunggulan terutama keunggulan sumber daya manusia (SDM) karena mampu menyediakan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar dengan upah yang relatif murah. Memang kondisi seperti ini memberikan keuntungan yang tinggi karena hampir semua negara yang mengemban ekonomi padat karya akan melirik negara seperti RRT. Sebenarnya Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dalam hal seperti ini. Tapi kondisi ekonomi dan politik Indonesia dalam satu dasawarsa mulai bergejolak kuat terutama tuntutan buruh yang mulai beragam. Sehingga banyak investor yang mulai mengalihkan investasi mereka ke RRT maupun negara-negara lain yang dinilai memiliki kepastian kuat dalam bidang hukum, tenaga buruh yang lebih murah hingga politik yang lebih stabil. Ke depan memang kita, bangsa ini – memiliki prospek ekonomi yang jauh lebih baik. Ada banyak faktor yang memperkuat hal ini. Terlebih jika pemilu tahun depan berjalan lancar, aman dalam perspektif demokrasi.
Terpilihnya pemimpin baru yang diharapkan mewakili juga kepentingan dunia usaha akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak melihat banyak alasan untuk gagalnya pemilu 2009 karena masyarakat Indonesia sudah mulai teruji kematangannya dalam demokrasi politik dan memiliki daya tahan yang kuat akan perubahan-perubahan sosial. Yang perlu diperhatikan bagi bangsa ini dan juga bagi negara lain adalah terus menguatnya ekonomi RRT. RRT benar-benar telah melakukan penetrasi pasar yang sangat kuat. Kita bisa saksikan itu dengan mudah ketika pergi ke mal-mal atau juga pasar tradisional. Hampir semua barang yang beredar di pasar baik modern atau tradisional juga dipadati oleh barang-barang produksi RRT. Mengapa manufaktur RRT begitu mendominasi pasar? Satu hal yang pasti adalah melemahnya daya beli masyarakat karena naiknya berbagai harga barang . Akibatnya konsumen melirik barang murah meskipun kualitasnya kurang memadai. Di sini barang-barang produk RRT merangsek pasar dengan lebih mudah dan akhirnya diterima konsumen sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan pengeluaran yang relatif lebih murah. Dalam kondisi ekonomi yang sulit masyarakat tidak lagi memandang kualitas barang sebagai dasar konsumsi tetapi seberapa besar daya beli yang mereka miliki untuk memiliki sebuah barang. Dengan demikian konsumen masih memiliki cukup dana untuk keperluan yang lain. Kondisi yang sama juga menerpa kehidupan masyarakat kelas menengah bawah di RRT sendiri. Masalah yang dihadapi RRT saat ini adalah tingkat konsumsi masyarakat yang terus melambung. Pemerintah RRT juga tidak memiliki banyak alternatif ketika harga minyak dunia bergerak liar ke titik yang sangat tinggi di atas USD 130. Pemerintah terpaksa menaikan harga bahan bakar (BBM) sebesar 18 persen. Kenaikan ini memang mengejutkan masyarakat dunia dan dunia usaha. Tetapi ini mengakibatkan banyak hal dalam ekonomi RRT. Yang dicemaskan dunia saat ini adalah bahaya inflasi yang muncul karena tingkat konsumsi yang terus melambung di negara yang memiliki jumlah penduduk satu miliar ini. Dengan kenaikan harga BBM di RRT akan mendorong kenaikan harga-harga produk RRT di seluruh dunia.
Dengan demikian masyakarat konsumen global tidak hanya harus melakukan adaptasi harga dan belanja modal mereka akan produk RRT tetapi juga harus mewaspadai ancaman datangnya inflasi. Perubahan kebijakan ini akan memberikan efek yang besar dan luas bagi dunia karena terjadi akumulasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang buatan lokal juga. Penduduk Eropa termasuk juga Amerika Serikat dan banyak negara dunia ketiga lainnya juga terus mengalami pergolakan ekonomi dan sosial karena tuntutan masyarakat akibat meroketnya harga minyak dunia. Indonesia tidak mungkin luput dari pergolakan seperti ini.
Secara rasional kita harus mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki banyak solusi untuk mengatasi kenaikan harga minyak dunia oleh para spekulan global ini. Inflasi memang tengah mengancam dunia. Pemerintah Amerika Serikat juga dibuat cemas oleh menjulangnya inflasi yang berpengaruh kuat pada ketahanan ekonomi negara ini. Dan RRT memiliki peran penting yang membuat ekonomi dunia puyeng. Bagi Indonesia, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah tetap harus bekerja dengan efektif untuk meredam gejolak harga di masyarakat sehingga kebutuhan sehari-hari masyarakat bisa diatasi. Karena ketika inflasi merangkak naik dan pendapatan masyarakat tetap bahkan nilainya menurun akan menjadi bahaya sosial yang serius apalagi menjelang pemilu.
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat ini memang telah menjadi satu kekuatan ekonomi utama dunia. Banyak negara yang mulai mengalami kesulitan untuk melakukan persaingan usaha dengan RRT karena keunggulan komparatif yang dimilikinya. Amerika Serikat mengalami kesulitan yang sama dalam mengemban ekonominya ketika berhadapan dengan barang-barang RRT yang terkenal murah di pasar internasional. Bahkan melambungnya harga minyak dunia telah menempatkan Amerika Serikat dalam posisi yang kian lemah dan memunculkan adidaya ekonomi baru seperti RRT dan India, misalnya. RRT memiliki banyak keunggulan terutama keunggulan sumber daya manusia (SDM) karena mampu menyediakan tenaga kerja dalam jumlah yang sangat besar dengan upah yang relatif murah. Memang kondisi seperti ini memberikan keuntungan yang tinggi karena hampir semua negara yang mengemban ekonomi padat karya akan melirik negara seperti RRT. Sebenarnya Indonesia memiliki daya saing yang tinggi dalam hal seperti ini. Tapi kondisi ekonomi dan politik Indonesia dalam satu dasawarsa mulai bergejolak kuat terutama tuntutan buruh yang mulai beragam. Sehingga banyak investor yang mulai mengalihkan investasi mereka ke RRT maupun negara-negara lain yang dinilai memiliki kepastian kuat dalam bidang hukum, tenaga buruh yang lebih murah hingga politik yang lebih stabil. Ke depan memang kita, bangsa ini – memiliki prospek ekonomi yang jauh lebih baik. Ada banyak faktor yang memperkuat hal ini. Terlebih jika pemilu tahun depan berjalan lancar, aman dalam perspektif demokrasi.
Terpilihnya pemimpin baru yang diharapkan mewakili juga kepentingan dunia usaha akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kita tidak melihat banyak alasan untuk gagalnya pemilu 2009 karena masyarakat Indonesia sudah mulai teruji kematangannya dalam demokrasi politik dan memiliki daya tahan yang kuat akan perubahan-perubahan sosial. Yang perlu diperhatikan bagi bangsa ini dan juga bagi negara lain adalah terus menguatnya ekonomi RRT. RRT benar-benar telah melakukan penetrasi pasar yang sangat kuat. Kita bisa saksikan itu dengan mudah ketika pergi ke mal-mal atau juga pasar tradisional. Hampir semua barang yang beredar di pasar baik modern atau tradisional juga dipadati oleh barang-barang produksi RRT. Mengapa manufaktur RRT begitu mendominasi pasar? Satu hal yang pasti adalah melemahnya daya beli masyarakat karena naiknya berbagai harga barang . Akibatnya konsumen melirik barang murah meskipun kualitasnya kurang memadai. Di sini barang-barang produk RRT merangsek pasar dengan lebih mudah dan akhirnya diterima konsumen sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan pengeluaran yang relatif lebih murah. Dalam kondisi ekonomi yang sulit masyarakat tidak lagi memandang kualitas barang sebagai dasar konsumsi tetapi seberapa besar daya beli yang mereka miliki untuk memiliki sebuah barang. Dengan demikian konsumen masih memiliki cukup dana untuk keperluan yang lain. Kondisi yang sama juga menerpa kehidupan masyarakat kelas menengah bawah di RRT sendiri. Masalah yang dihadapi RRT saat ini adalah tingkat konsumsi masyarakat yang terus melambung. Pemerintah RRT juga tidak memiliki banyak alternatif ketika harga minyak dunia bergerak liar ke titik yang sangat tinggi di atas USD 130. Pemerintah terpaksa menaikan harga bahan bakar (BBM) sebesar 18 persen. Kenaikan ini memang mengejutkan masyarakat dunia dan dunia usaha. Tetapi ini mengakibatkan banyak hal dalam ekonomi RRT. Yang dicemaskan dunia saat ini adalah bahaya inflasi yang muncul karena tingkat konsumsi yang terus melambung di negara yang memiliki jumlah penduduk satu miliar ini. Dengan kenaikan harga BBM di RRT akan mendorong kenaikan harga-harga produk RRT di seluruh dunia.
Dengan demikian masyakarat konsumen global tidak hanya harus melakukan adaptasi harga dan belanja modal mereka akan produk RRT tetapi juga harus mewaspadai ancaman datangnya inflasi. Perubahan kebijakan ini akan memberikan efek yang besar dan luas bagi dunia karena terjadi akumulasi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang-barang buatan lokal juga. Penduduk Eropa termasuk juga Amerika Serikat dan banyak negara dunia ketiga lainnya juga terus mengalami pergolakan ekonomi dan sosial karena tuntutan masyarakat akibat meroketnya harga minyak dunia. Indonesia tidak mungkin luput dari pergolakan seperti ini.
Secara rasional kita harus mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki banyak solusi untuk mengatasi kenaikan harga minyak dunia oleh para spekulan global ini. Inflasi memang tengah mengancam dunia. Pemerintah Amerika Serikat juga dibuat cemas oleh menjulangnya inflasi yang berpengaruh kuat pada ketahanan ekonomi negara ini. Dan RRT memiliki peran penting yang membuat ekonomi dunia puyeng. Bagi Indonesia, yang terpenting adalah bagaimana pemerintah tetap harus bekerja dengan efektif untuk meredam gejolak harga di masyarakat sehingga kebutuhan sehari-hari masyarakat bisa diatasi. Karena ketika inflasi merangkak naik dan pendapatan masyarakat tetap bahkan nilainya menurun akan menjadi bahaya sosial yang serius apalagi menjelang pemilu.