Pasca-Go Private, UOB Buana Tambah Modal Rp 2 T
Posted On 21 Juni 2008 at 23.53
Oleh Rizal Calvary
JAKARTA, Investor Daily-PT Bank UOB Buana Tbk berencana menambah modal sebesar Rp 2 triliun tahun depan melalui rights issue atau emisi obligasi setelah menjadi perusahaan tertutup (go private). Penambahan tersebut dilakukan guna mengejar modal senilai Rp 10 triliun pada 2010. "Kami ingin menjadi bank nasional dalam dua tahun mendatang, sehingga membutuhkan modal minimal Rp 10 triliun," kata Presiden Direktur Bank UOB Buana Armand Bachtiar Arief kepada Investor Daily usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Jumat (20/6). Data Bank Indonesia menunjukkan, modal inti perseroan sampai Maret 2008 mencapai Rp 3,47 triliun.
Armand menjelaskan, proses delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan go private diperkirakan tuntas akhir tahun. Perseroan telah mengajukan perubahan status Bank UOB Buana kepada tiga regulator, yakni BEI, Bapepam-LK, dan Bank Indonesia. Langkah ini masih merupakan awal proses perizinan dan perseroan akan meminta arahan para regulator. Sebelumnya, pemegang saham mayoritas Bank UOB Buana, United Overseas Bank (UOB) melalui UOB International Investment Private Limited yang memiliki 61,1% saham telah memutuskan untuk menjadi go private. Alasannya, perdagangan saham perseroan tidak likuid di bursa, karena hanya dimiliki kurang dari 350 pihak. Selain itu, proses go private ditempuh mencegah kerugian pemegang saham minoritas. Sebab, sahamnya akan terdilusi seiring rencana perseroan terus meningkatkan struktur permodalan. Sebagai bagian dari proses go private, UOB Singapura segera membeli 38,88% saham Bank UOB Buana dari sejumlah pemegang saham lainnya, termasuk investor minoritas. Bank nomor dua terbesar di Singapura itu kini menguasai 61,1% saham bank tersebut. Pascapembelian, UOB mengontrol 100% saham.
Seperti dikutip Business Times pada Kamis (19/6), UOB diperkirakan menyiapkan dana sekitar US$ 400-500 juta atau setara Rp 4,6 triliun. Nilai pembelian sisa saham tersebut meningkat dari sehari sebelumnya US$ 378 juta. Menurut Armand, manajemen perseroan yakin, proses pembelian saham dan delisting dapat tuntas dalam tiga hingga empat bulan mendatang. Terkait harga penawaran tender (tender offer), Armand mengakui, pihaknya tidak ingin mendahului keputusan para regulator. “Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Bank UOB Buana tertingginya adalah Rp 1.400, namun kami menyerahkan sepenuhnya kepada aturan pasar modal yang berlaku,” tandas dia. Berdasarkan aturan pasar modal, minimal tender offer sama dengan harga tertinggi saham perseroan selama tiga bulan terakhir, yakni Rp 1.400 per unit. Sedangkan harga saham terendah tercatat Rp 1.000. Analis saham perbankan dari Optima Sekuritas Ikhsan Binarto menilai, rencana Bank UOB Buana menjadi perusahaan tertutup kian memudahkan manajemen untuk mendapatkan suntikan modal dari pemegang saham. Dia yakin, UOB bersedia menyuntikkan tambahan modal kepada Bank UOB Buana guna mewujudkan ambisinya sebagai bank nasional. “Saya optimistis, UOB Buana dapat menambah modal sebesar Rp 7-10 triliun tahun 2010. Dengan tambahan modal tersebut, perseroan dapat menjadi bank besar, bahkan bukan tak mungkin masuk dalam kelompok sepuluh bank papan atas,” jelas dia.
Kinerja Membaik
Armand mengakui, perubahan status perseroan menjadi perusahaan tertutup justru akan meningkatkan kinerja keuangan ke depan. Sebab, pemegang saham mayoritas perseroan telah berkomitmen untuk meningkatkan struktur permodalan. Hal itu dilakukan agar bank ini lebih kompetitif dan mampu bersaing. Sementara itu, Direktur Bank UOB Buana Safrullah Hadi Saleh menambahkan, langkah go private diharapkan dapat membantu akselerasi perseroan berkembang lebih cepat melalui pertumbuhan organik dan nonorganik. Sebab, secara organik pemegang saham berkomitmen tidak membagikan dividen. Namun, manajemen bank masih membuka kemungkinan untuk kembali menjadi perusahaan terbuka (relisting) setelah kinerja keuangan lebih membaik. Pada RUPS kemarin, pemegang saham bank tersebut juga mendukung penerapan tarif biaya recurring untuk pemrosesan transaksi kartu kredit dan treasury. “Ini merupakan salah satu bukti dukungan UOB dalam pengembangan dan peningkatan usaha supaya tetap mampu bersaing seiring ketatnya persaingan,” kata Safrullah. Di samping itu, pemegang saham juga menyetujui pengangkatan mantan direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Wayan Alit Antara dan Hendrawan Tranggana sebagai komisaris independen. Sedangkan jajaran direksi perseroan tidak berubah. Manajemen Bank UOB Buana juga berencana melunasi utang obligasi subordinasi senilai Rp 282 miliar yang akan jatuh tempo pada Juni 2009. Obligasi tersebut merupakan bagian dari surat utang yang diterbitkan tahun 2004 senilai Rp 300 miliar. Sebagian utang sudah dilunasi dan sisanya bakal dibayar pada Juni 2009. (ef)
JAKARTA, Investor Daily-PT Bank UOB Buana Tbk berencana menambah modal sebesar Rp 2 triliun tahun depan melalui rights issue atau emisi obligasi setelah menjadi perusahaan tertutup (go private). Penambahan tersebut dilakukan guna mengejar modal senilai Rp 10 triliun pada 2010. "Kami ingin menjadi bank nasional dalam dua tahun mendatang, sehingga membutuhkan modal minimal Rp 10 triliun," kata Presiden Direktur Bank UOB Buana Armand Bachtiar Arief kepada Investor Daily usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan di Jakarta, Jumat (20/6). Data Bank Indonesia menunjukkan, modal inti perseroan sampai Maret 2008 mencapai Rp 3,47 triliun.
Armand menjelaskan, proses delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan go private diperkirakan tuntas akhir tahun. Perseroan telah mengajukan perubahan status Bank UOB Buana kepada tiga regulator, yakni BEI, Bapepam-LK, dan Bank Indonesia. Langkah ini masih merupakan awal proses perizinan dan perseroan akan meminta arahan para regulator. Sebelumnya, pemegang saham mayoritas Bank UOB Buana, United Overseas Bank (UOB) melalui UOB International Investment Private Limited yang memiliki 61,1% saham telah memutuskan untuk menjadi go private. Alasannya, perdagangan saham perseroan tidak likuid di bursa, karena hanya dimiliki kurang dari 350 pihak. Selain itu, proses go private ditempuh mencegah kerugian pemegang saham minoritas. Sebab, sahamnya akan terdilusi seiring rencana perseroan terus meningkatkan struktur permodalan. Sebagai bagian dari proses go private, UOB Singapura segera membeli 38,88% saham Bank UOB Buana dari sejumlah pemegang saham lainnya, termasuk investor minoritas. Bank nomor dua terbesar di Singapura itu kini menguasai 61,1% saham bank tersebut. Pascapembelian, UOB mengontrol 100% saham.
Seperti dikutip Business Times pada Kamis (19/6), UOB diperkirakan menyiapkan dana sekitar US$ 400-500 juta atau setara Rp 4,6 triliun. Nilai pembelian sisa saham tersebut meningkat dari sehari sebelumnya US$ 378 juta. Menurut Armand, manajemen perseroan yakin, proses pembelian saham dan delisting dapat tuntas dalam tiga hingga empat bulan mendatang. Terkait harga penawaran tender (tender offer), Armand mengakui, pihaknya tidak ingin mendahului keputusan para regulator. “Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Bank UOB Buana tertingginya adalah Rp 1.400, namun kami menyerahkan sepenuhnya kepada aturan pasar modal yang berlaku,” tandas dia. Berdasarkan aturan pasar modal, minimal tender offer sama dengan harga tertinggi saham perseroan selama tiga bulan terakhir, yakni Rp 1.400 per unit. Sedangkan harga saham terendah tercatat Rp 1.000. Analis saham perbankan dari Optima Sekuritas Ikhsan Binarto menilai, rencana Bank UOB Buana menjadi perusahaan tertutup kian memudahkan manajemen untuk mendapatkan suntikan modal dari pemegang saham. Dia yakin, UOB bersedia menyuntikkan tambahan modal kepada Bank UOB Buana guna mewujudkan ambisinya sebagai bank nasional. “Saya optimistis, UOB Buana dapat menambah modal sebesar Rp 7-10 triliun tahun 2010. Dengan tambahan modal tersebut, perseroan dapat menjadi bank besar, bahkan bukan tak mungkin masuk dalam kelompok sepuluh bank papan atas,” jelas dia.
Kinerja Membaik
Armand mengakui, perubahan status perseroan menjadi perusahaan tertutup justru akan meningkatkan kinerja keuangan ke depan. Sebab, pemegang saham mayoritas perseroan telah berkomitmen untuk meningkatkan struktur permodalan. Hal itu dilakukan agar bank ini lebih kompetitif dan mampu bersaing. Sementara itu, Direktur Bank UOB Buana Safrullah Hadi Saleh menambahkan, langkah go private diharapkan dapat membantu akselerasi perseroan berkembang lebih cepat melalui pertumbuhan organik dan nonorganik. Sebab, secara organik pemegang saham berkomitmen tidak membagikan dividen. Namun, manajemen bank masih membuka kemungkinan untuk kembali menjadi perusahaan terbuka (relisting) setelah kinerja keuangan lebih membaik. Pada RUPS kemarin, pemegang saham bank tersebut juga mendukung penerapan tarif biaya recurring untuk pemrosesan transaksi kartu kredit dan treasury. “Ini merupakan salah satu bukti dukungan UOB dalam pengembangan dan peningkatan usaha supaya tetap mampu bersaing seiring ketatnya persaingan,” kata Safrullah. Di samping itu, pemegang saham juga menyetujui pengangkatan mantan direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Wayan Alit Antara dan Hendrawan Tranggana sebagai komisaris independen. Sedangkan jajaran direksi perseroan tidak berubah. Manajemen Bank UOB Buana juga berencana melunasi utang obligasi subordinasi senilai Rp 282 miliar yang akan jatuh tempo pada Juni 2009. Obligasi tersebut merupakan bagian dari surat utang yang diterbitkan tahun 2004 senilai Rp 300 miliar. Sebagian utang sudah dilunasi dan sisanya bakal dibayar pada Juni 2009. (ef)