MOBILE BROADBAND TUMBUH 2.652%, Operator Minta Tambahan Spektrum

Oleh Donny Rijaluddin JAKARTA, Investor Daily Jumlah pelanggan akses internet pita lebar bergerak (mobile broadband) berteknologi HSPA telah melampaui jumlah pelanggan akses internet tetap berteknologi ADSL. Operator telekomunikasi, melalui GSM Forum mendesak pemerintah menyediakan spektrum frekuensi yang memadai. Senior Vice President Asosiasi GSM Ricardo Tavarez mengatakan, berdasarkan data GSM Association pada 2007, pertumbuhan jumlah pelanggan mobile broadband dengan high speed packet access (HSPA) di Indonesia mencapai 2.652%. Ini pertumbuhan tertinggi di dunia. Jumlah pelanggan HSPA akhir tahun lalu mencapai 314,6 ribu. Jumlah pelanggan HSPA itu tergolong tinggi, mengingat teknologi itu baru pada 2006 diluncurkan di Indonesia. Pelanggan HSPA dan pertumbuhannya jauh di atas pelanggan fixed broadband berteknologi asynchronus digital subscriber line (ADSL) dan DSL yang hanya tumbuh 124% dengan pelanggan sebesar 300 ribu. Speedy milik Telkom termasuk berteknologi ADSL. “Akibat pesatnya pertumbuhan mobile broadband di Indonesia, kebutuhan terhadap spektrum frekuensi kini makin mendesak. Saat ini alokasi spektrum yang diberikan pemerintah masih jauh dari memadai. Oleh karena itu kami mengharapkan kerja sama pemerintah agar spektrum yang dilepas lebih banyak lagi,” kata Ricardo di Jakarta, Selasa (15/4). Berkaca pada pencapaian HSPA itu, Ricardo yakin, penetrasi internet di Indonesia pada masa depan akan banyak dipengaruhi oleh jenis mobile broadband. Ini diperkuat data dari Global Comms yang menyebutkan, penetrasi internet dan komputer Indonesia tahun lalu meningkat, namun peningkatannya masih jauh di bawah HSPA. “Penetrasi ponsel di Indonesia mencapai 39% dengan total pelanggan sebanyak 92,2 juta. Sedangkan penetrasi komputer hanya 8,5% dengan pelanggan internet hanya 20 juta. Yang mengenaskan pertumbuhan ADSL yang hanya 0,13%,” kata Ricardo. Dengan makin berkembangnya teknologi dan kebutuhan masyarakat akan teknologi, pelanggan amat membutuhkan layanan data (internet) lebih dari suara. Ricardo memprediksi, pada 2012, pelanggan internet, baik mobile maupun fixed broadband mencapai 1,9 miliar di dunia. “Jika melihat dari teknologi yang ada saat ini, HSPA merupakan teknologi terkini yang mampu memberikan kemampuan akses data yang cepat dan terjangkau bagi masyarakat,” kata dia. Khusus untuk Indonesia, menurut Ricardo, hal tersebut masih sulit diwujudkan akibat keterbatasan spektrum frekuensi, serta mahalnya beban pajak dan biaya koneksi. Sementara itu, Direktur Jaringan PT Exelcomindo Pratama yang juga Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Seluler (ATSI) Dian Sisworini mengatakan, dibandingkan negara lain, alokasi spektrum frekuensi untuk internet broadband access (IBA), terutama HSPA, masih kecil. “Kami hanya diberikan 5x2 (5 Ghz uplink dan 5 Ghz downlink). Padahal di negara lain minimal 10x2 bahkan hingga 15x2,” kata dia. Dian menjelaskan, ada empat biaya pokok dalam membangun jaringan infrastruktur. Pertama adalah spektrum, kedua link jaringan akses ke backbone (backhole), kemudian backbone, dan terakhir koneksi internasional. Hal tersebut, menurut Dian, terkait dengan jumlah node B yang harus dibangun operator pada tiap base tranceiver station (BTS). “Jika spektrum kita bisa sama dengan negara lain, ini dapat mereduksi biaya pembangunan infrastruktur hingga lebih dari 50% sehingga akan berdampak besar kepada biaya yang dibebankan pada pelanggan. Jika kita diberi akses di frekuensi 2,2Ghz atau 2,5 Ghz yang merupakan frekuensi ideal untuk HSPA oleh pemerintah, masalah ini dapat teratasi.” kata dia. Dian mengusulkan agar pemerintah meniru negara lain yang melakukan kebijakan nondependent technology licence. Yakni, regulator tidak mem-plot tiap frekuensi berdasarkan jenisnya, namun lebih kepada teknologi. “Jadi tidak ada frekuensi khusus untuk Wimax, HSPA, atau nanti Long Term Evolution (LTE), tapi lebih ke teknologinya, seperti broadband access,” kata Dian. Mengenai lambatnya pemerintah merespons permintaan dari operator terkait penambahan frekuensi, Ketua Umum ATSI Merza Fachys dapat memahaminya. “Kalau spektrum tidak dikasih, harga internet mahal. Namun kalau dibuka dikhawatirkan akan terbuang sia-sia. Pemerintah juga punya pemikiran untuk mendapat imbalan dari pemberian frekuensi tersebut,” kata dia. ***

Posted in Labels: , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.