Essar, Bluescope, dan Posco Incar Krakatau Steel

Oleh Andryanto Suwismo JAKARTA (Investor Daily), Setelah Arcelor Mittal berminat mengakuisisi saham BUMN produsen baja, PT Krakatau Steel (KS), sedikitnya empat perusahaan baja dunia mulai menjajaki rencana serupa. Essar (India), Bluescope (Australia), Posco (Korea Selatan), dan Nanjing Steel (Tiongkok) juga mengincar saham KS melalui pola strategic sale. Bahkan, tak ketinggalan, produsen baja swasta nasional—PT Gunung Garuda—pernah mengutarakan minatnya terhadap KS. Karena itu, perlu dilakukan kontes pemilihan penawar terbaik (beauty contest) jika opsi strategic sale diputuskan dalam privatisasi KS. Hal itu dijelaskan Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka Departemen Perindustrian (Depperin) Ansari Bukhari di Jakarta, akhir pekan lalu. “Essar berkali-kali datang ke Menperin (Menteri Perindustrian) dan saya untuk menjajaki kerja sama dengan KS. Bluescope juga menyatakan minat serupa. Tapi, hak menerima atau menolak sepenuhnya ada pada pemerintah sebagai pemegang saham KS,” ujarnya. Menurut dia, semua tawaran dari perusahaan baja asing dan domestik perlu dikaji lebih mendalam. Semua opsi yang tersedia perlu dimatangkan bersama agar melahirkan keputusan terbaik. ”Kalau kita terima tawaran mereka (perusahaan baja asing) kan tidak kiamat. Kalau kita menolak, tidak juga kiamat kan,” tuturnya. Ansari menerangkan, semula KS pernah menggelar beauty contest dalam mengembangkan proyek pembangunan pabrik pengolahan bijih besi di Kalimantan Selatan (Kalsel). Namun, lantara kriteria yang ditawarkan KS sangat sulit, beauty contest akhirnya dibatalkan. “Akhirnya KS menggandeng PT Aneka Tambang Tbk untuk merealisasi proyek Kalsel,” tuturnya. Dalam privatisasi KS, lanjut dia, Depperin mengambil posisi sebagai pemberi rekomendasi di jajaran pemerintah. Komite privatisasi di tingkat Menko Perekonomian sebelumnya telah merekomendasi penjualan saham perdana (initial public offering/IPO) atau strategic sale sebagai opsi privatisasi KS. “Opsi itu akan digodok kembali di Menneg BUMN terkait dengan tawaran Arcelor Mittal. Setelah itu diajukan ke DPR (Komisi VI dan XI). Lalu disampaikan ke manajemen KS untuk meminta pendapatnya. Begitu prosedurnya,” kata dia. Sebelumnya, Menneg BUMN Sofyan Djalil menjelaskan, target privatisasi KS diharapkan mencapai US$ 400 juta. Untuk memenuhi target privatisasi KS yang dipatok sebesar US$ 400 juta, pemerintah memiliki dua opsi yakni strategic sales dan IPO. “Hanya satu opsi yang akan dijalankan. Tapi, kalau kondisi pasar saham seperti ini tidak memungkinkan untuk meraih dana IPO yang besar. Target US$ 400 juta tidak bisa tercapai,” ucapnya. Pada 21 April 2008, CEO Arcelor Mittal, Lakshmi Mittal, mengirimkan surat resmi kepada pemerintah Indonesia yang menyatakan keseriusannya berinvestasi dalam tiga rencana, membeli saham KS, membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan KS di Cilegon, serta menggandeng PT Aneka Tambang Tbk. Dalam surat itu, Lakshmi bahkan menyiapkan investasi sekitar US$ 5-10 miliar untuk masuk ke Indonesia. Siap Fasilitasi Terkait dengan rencana Mittal membentuk perusahaan patungan (joint venture) dengan KS untuk membangun pabrik baru di Cilegon, Ansari menuturkan, Depperin menyatakan siap memfasilitasi dengan berbagai kemudahan birokrasi. Sejauh ini, KS telah menawarkan sejumlah lahan di kawasan industri Cilegon kepada sejumlah perusahaan yang akan berekspansi di tempat itu. PT Bluescope Steel Indonesia (BSI) belum lama ini menjadi salah satu perusahaan yang mengikat kerja sama perluasan lahan dengan KS untuk proyek ekspansi senilai US$ 113 juta. Atas dasar itu, pemerintah akan mengkalkulasi kebutuhan lahan bagi proyek Mittal ke depan. “Harapan pemerintah, KS bisa menjalin joint venture dengan Mittal untuk pengadaan teknologi sehingga tidak lagi menggunakan teknologi yang sekarang. Dengan demikian, pabrik baru itu tidak akan mengganggu yang sudah eksis karena akan terintegrasi,” jelasnya. Archellor Mittal berencana membentuk perusahaan joint venture dengan KS untuk membangun pabrik baru yang disebut greenfield steel complex di Cilegon. Pabrik baru di Cilegon itu direncanakan berkapasitas 2,5 juta ton per tahun pada tahap awal. Kompleks pabrik baru tersebut dibangun beserta fasilitas pabrik hulu dan hilir serta infrastruktur dan logistik, termasuk teknologi perlindungan lingkungan. Archellor Mittal telah menerapkan teknologi ini di India, Saudi, Nigeria, Turki, Rusia, dan Mozambik. ***

Posted in Labels: , , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.