75% Beras Dikuasai Pedagang Besar

Oleh Parluhutan Situmorang JAKARTA (Investor Daily), Para tengkulak dan pedagang besar menguasai hampir 75% produksi beras dari penggilingan di Tanah Air. Penguasaan beras oleh tengkulak yang terlalu besar itu membahayakan stabilisasi harga beras nasional. “Kondisi beras yang mayoritas dikuasai tengkulak dan pedagang besar sangat rawan bagi ketahanan pangan nasional. Pedagang dan tengkulak akan cepat menaikkan harga beras ketika stok di Perum Bulog rendah, dan mereka sewaktu-waktu bisa mengerek harga menjelang musim paceklik,” kata Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Rachmat Pambudy kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan, Perum Bulog kalah bersaing dengan pedagang dalam menyerap beras dari penggilangan. KTNA mencatat sekitar 75% beras produksi pengilingan dijual kepada pedagang besar. Winarno memperkirakan, penjualan beras dari penggilingan kepada tenggkulak kian melonjak beberapa pekan mendatang. “Sejumlah tengkulak dari Jakarta sudah mulai berburu beras hingga ke penggilingan-penggilingan kecil di desa,” paparnya kepada Investor Daily di Jakarta, pekan lalu. Para pemilik penggilingan memilih menjual beras kepada tengkulak dan pedagang, karena harga pembelian yang ditawarkan di atas harga pembelian pemerintah (HPP). Winarno mengatakan, harga pembelian pedagang besar mencapai Rp 4.500 per kilogram (kg) atau lebih mahal Rp 200 dari HPP baru yang ditetapkan pemerintah, Rp 4.300 per kg. Menurut Winarno, kenaikan HPP gabah/beras lokal yang berkisar 7,5-10% belum mampu mendongkrak daya serap Bulog. “Kondisi ini membuat pengadaan beras bersubsidi untuk rakyat miskin (raskin) kemungkinan terbengkalai,” ucapnya. Rachmat juga pesimistis target penyerapan Bulog yang dinaikkan menjadi sekitar 2,7 juta-3 juta ton tahun 2008 bisa direalisasikan. Target pembelian ini sulit dicapai, karena harga beras di pasar domestik sudah mencapai Rp 4.700 per kg. Sementara itu, harga di pasar internasional terus naik. Dia mengatakan, Bulog harus mempercepat pengadaan pada musim panen saat ini, untuk menghindari penguasaan beras nasional oleh tengkulak. Stok Bulog yang besar akan menciptakan stabilitas harga di tingkat konsumen. Bisnis Komersial Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog Abdul Waries Patiwiri mengatakan, pihaknya telah mempersiapkan penggunaan fungsi komersial yang masih memungkinkan BUMN ini membeli beras saat harga sudah di atas HPP. “Fungsi komersial bisa digunakan sebagai bumper untuk mengamankan stok beras di gudang Bulog. Kami menargetkan, pengadaan beras secara komersial mencapai 500 ribu ton tahun ini,” ungkapnya kepada Investor Daily di Jakarta, baru-baru ini. Namun demikian, Bulog belum menggunakan fungsi komersial tersebut, karena harga beras di penggilingan masih sesuai HPP. Ia tetap optimistis target pengadaan beras Bulog tahun ini bisa dicapai. “Pascakenaikan HPP, rata-rata penyerapan harian Bulog sudah mencapai 35 ribu ton. Penyerapan sebelumnya rata-rata sebesar 25 ribu–30 ribu ton per hari,” ucapnya. Waries menjelaskan, Bulog menyerap sekitar 10% beras produksi penggilingan. Periode 1 Januari-26 April 2008, pengadaan beras Bulog sudah mencapai 950 ribu ton. Angka ini lebih tinggi dibanding penyerapan Januari-April 2007 yang cuma sebesar 300 ribu ton. ***

Posted in Labels: |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.