Tarif Internet Bisa Turun 75%

Oleh Salma IR JAKARTA, Investor Daily-Pemerintah mengeluarkan izin bagi enam penyelenggara baru untuk membangun sistem komunikasi kabel laut (SKKL). Dengan beroperasinya enam operator itu, biaya sewa bandwidth internasional diharapkan bisa turun dan berimbas pada turunnya tarif internet hingga 75%. Demikian dikatakan Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar dan pengamat teknologi informasi (TI) Onno W Purbo usai peluncuran program Indosat Cinta Indonesia di Jakarta, Kamis (29/5). Namun, Ketua Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Silvya Surmalin membantah adanya penurunan tarif sewa bandwidth internasional itu. "Saat ini, tiga operator sudah bisa beroperasi, yaitu PT Moratel, PT Nafsindo, dan Asia Comtex. Nanti menyusul Bakrie Telecom. Sedangkan dua lagi, PT Indigo dan PT NTT Indonesia segera dikeluarkan izinnya," ujar Basuki. Basuki mengaku telah bertemu dengan PT NTT Indonesia, anak perusahaan NTT Docomo Jepang, yang berkomitmen membangun SKKL dari Jakarta-Singapura-Hongkong dan Jepang. “Jalur ini menjauhi wilayah Taiwan yang rawan daerah gempa," katanya. Selama ini, lanjut dia, untuk bandwidth internasional melalui jalur Taiwan. Pada saat terjadi gempa, jaringan kabel serat optik bawah laut bisa putus sehingga jaringan internet Indonesia juga mati, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu. “Oleh karena itu, kita membuat alternatif jalur lain agar kejadian di Taiwan tidak terulang lagi," kata Basuki. Dengan keluarnya izin enam penyelenggara SKKL itu, lanjut Basuki, akan terjadi kompetisi penyedia jaringan internet sehingga tarif internet diharapkan bisa turun. Onno W Purbo memperkirakan, tarif internet ritel bisa turun hingga hingga 75% menyusul penurunan tarif bandwith (pitalebar) di tingkat internasional. "Penurunan tarif internet (ritel) akan sejalan dengan penurunan tarif bandwith internasional. Selain itu trafik internet akan lebih banyak ke lokal," kata Onno. Onno menginformasikan, harga bandwith internasional saat ini sebesar US$ 500 per Mbps, turun dari harga sebelumnya sekitar US$ 700 per Mbps. Saat ini sebanyak 30% trafik internet dilakukan melalui Voice over Internet Protocol (VoIP) untuk korporasi, 30% trafik pier to pier yang umumnya untuk keperluan unggah (upload), serta sekitar 5% untuk keperluan unggah piranti terbuka (open source). Namun, menurut Ketua APJII Silvya Surmalin, harga sewa bandwidth internasional yang menggunakan kabel serat optik berkisar US$ 1.800 per Mbps, sedangkan bandwith yang menggunakan satelit pada kisaran US$ 1.500 per Mbps. Jadi, tarif sewanya bukan US$ 500 dan US$ 700 per Mbps, seperti yang diungkapkan Onno. "Tarif bandwith internastional memang turun sejak awal 2008, namun masih bekisar US$ 1.500-1.800 per Mbps," kata Silvya, seperti dikutip Antara. Sejumlah perusahaan penyedia jasa internet (ISP) masih mengeluhkan sewa jaringan bandwith internasional yang mahal itu. Menurut data APJII, pengguna internet di Indonesia pada akhir 2008 ditargetkan sekitar 40 juta orang, meningkat dari tahun lalu yang sekitar 25 juta orang. Pada saat bersamaan jumlah ISP mencapai 274 perusahaan, 4.000 unit warung internet, enam titik internet exchange (IIX) dengan trafik internasional keseluruhan layanan mencapai 15 Gbps, dan trafik internet exchange sebesar 80 Gbps. ***

Posted in Labels: , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.