PENDAPATAN ASTRA INTERNATIONAL TERBESAR, 12 Emiten Paling Likuid

JAKARTA, Investor Daily-Duabelas emiten nonbank memiliki kas bersih positif pada 2007, yang mencerminkan tingginya likuiditas dan kesehatan perusahaan tersebut. Kelompok perusahaan ini juga agresif ekspansi dan berpotensi memiliki pertumbuhan kinerja tinggi di tengah kelesuan ekonomi. Sementara itu, lima emiten memiliki rasio kas terhadap modal di atas 100%. Sedangkan 20 emiten nonbank papan atas memiliki nilai kas dan setara kas antara Rp 1,23 triliun hingga Rp 8,05 triliun. Pemeringkatan emiten tersebut berdasarkan laporan keuangan 2007, di luar emiten perbankan. Ke-12 emiten yang memiliki kas bersih (nilai kas dan setara kas dikurangi kewajiban lancar) adalah PT Aneka Tambang Tbk sebesar Rp 2,94 triliun, diikuti PT International Nickel Tbk Rp 2,6 triliun, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Rp 1,53 triliun, PT Global Mediacom Rp 1,41 triliun, PT Semen Gresik Tbk Rp 1,38 triliun, dan PT Bhakti Investama Rp 876 miliar. Peringkat berikutnya adalah PT Matahari Putra Prima dengan kas bersih Rp 794 miliar, PT Timah Tbk Rp 383 miliar, PT Multipolar Corporation Tbk Rp 374 triliun, PT Kalbe Farma Rp 361 miliar, PT Samudera Indonesia Tbk Rp 167 miliar, serta PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk sebesar Rp 38,7 miliar. Bila dilihat berdasarkan rasio kas terhadap modal (cash ratio) pada 2007, lima emiten mencatat rasio di atas 100%. Dua perusahaan grup Lippo menempati urutan teratas, yakni Matahari Putra Prima Tbk dengan rasio kas 225,5% dan PT Multipolar Corporation Tbk 160,7%. Peringkat berikutnya diduduki PT Adhi Karya Tbk 147,6%, PT Indomobil Sukses Int’l Tbk 139,3%, dan PT Wijaya Karya Tbk 105,7%. Likuiditas Tinggi Analis Dongsuh Kolibindo Securities Ryan Ariadi Suwarno, serta analis pasar modal David Cornelis dan Arief Budisatria sependapat, tingginya nilai kas dan setara kas maupun kas bersih menunjukkan solidnya likuiditas emiten. Emiten itu juga masuk kategori sehat. “Berarti perseroan mampu menutupi kewajiban jangka pendek dengan kas yang ada,” kata dia. Tingginya kas bersih perusahaan, kata Ryan Ariadi, juga merefleksikan perusahaan tersebut memiliki komitmen yang baik untuk memenuhi kewajiban terhadap kreditor dan pemasok. Kinerja perusahaan juga bisa diukur dari rasio kas terhadap modal. “Jika rasio itu besar, berarti emiten akan ekspansi, sehingga publik bisa mengetahui bahwa emiten tersebut punya keinginan untuk mengembangkan usahanya,” tutur David. Arief Budisatria menambahkan, tingginya rasio kas pasti dimanfaatkan untuk belanja modal (capital expenditure/capex). “Semakin besar capex, potensi pertumbuhan kinerja perusahaan juga tinggi,” ujarnya. Selain itu, perusahaan tersebut cenderung memiliki pangsa pasar besar. Rasio lain yang bisa digunakan untuk mengukur performa perusahaan adalah price to earning ratio (PER), price to book value (PBV), return on equity (ROI), dan debt to equity ratio (DER). Peringkat Pendapatan Dari sisi pendapatan, selama 2007, Astra International Tbk (ASII) meraih Rp 70,18 trilun, tertinggi di antara 50 emiten berpendapatan terbesar di luar emiten perbankan. Dibanding 2006, pendapatan ASII naik 25,98%. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga dengan pendapatan Rp 29,79 triliun dan Rp 28,16 triliun. Namun, pendapatan HMSP hanya tumbuh 0,82% dan GGRM 6,91%. Emiten yang bergerak di sektor pertambangan, consumer goods, dan ritel juga mencatatkan pendapatan cukup fantastis. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), misalnya, membukukan pendapatan Rp 27,86 triliun, meningkat 26,97% dan berada di peringkat keempat. Emiten sektor tambang, seperti PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), juga masuk dalam peringkat 10 emiten berpendapatan terbesar, sementara PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di posisi 11. PT Multipolar Corp Tbk dan PT Matahari Putra Prima TBK masing-masing masuk peringkat 13 dan 14 emiten berpendapatan terbesar dengan pendapatan Rp 10,37 triliun dan Rp 9,77 triliun. Direktur PT Astra International Tbk Johnny Darmawan mengatakan, pendapatan Astra International melonjak karena peningkatan penjualan di semua lini bisnis Grup Astra kecuali sektor jasa keuangan yang turun 4%. Penjualan mobil Astra naik 28% tahun 2007 menjadi 223.104 unit dibanding 2006 (YoY). Pada periode yang sama, penjualan komponen meningkat 24% dan penjualan agribisnis naik terutama karena tingginya harga minyak sawit mentah (CPO). Penjualan peralatan berat naik 32% seiring meningkatnya penjualan Komatsu dari 2.250 unit (tahun 2006) menjadi 3.454 unit (2007). “Tahun lalu, Astra International menguasai 51% pasar mobil nasional,” katanya. Penjualan Prima Dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Matahari Putra Prima Tbk (Matahari) Benjamin Mailool menegaskan, membaiknya pertumbuhan penjualan Matahari pada 2007 disebabkan kinerja penjualan yang cukup prima dari toko yang sama (same store growth). Pembukaan gerai-gerai baru di lokasi yang strategis juga merupakan faktor pendongkrak pendapatan Matahari pada 2007. “Penjualan Matahari Supermarket (Matahari Food Business/MFB) tahun lalu tumbuh 21% dan Matahari Department Store (MDS) 13,7%,” kata dia kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (19/5). Benjamin mengatakan, pada 2008 Matahari menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 15-20%. ”Strategi yang kami lakukan untuk mencapai target tersebut antara lain mengintensifkan pembukaan toko-toko baru pada lokasi yang strategis. Pada tahun ini, Matahari akan membuka 11 gerai hipermarket dan 9 gerai departement store,” paparnya. Di samping itu, Matahari mengintensifkan seleksi produk-produk merchandising yang dijual di gerainya. “Kami selalu menghadirkan produk yang up to date, fresh product, trendi, dan sesuai kebutuhan pasar. Kami juga mengintensifkan penampilan baru toko dengan melakukan modernisasi dan format generasi terbaru,” kata Benjamin. Sepanjang 2007, Matahari telah meningkatkan jumlah gerainya di Indonesia menjadi 80 department store, 36 hipermarket, 32 supermarket, 39 pusat kesehatan dan kecantikan, serta lebih dari 90 pusat rekreasi keluarga di seluruh Indonesia. Sementara itu, Wakil Presiden Direktur PT Indofood Sukses Makmur Franky Welirang mengatakan, pihaknya selalu mengusahakan pertumbuhan pendapatan perseroan setiap tahun. Hingga saat ini tidak ada hal istimewa menyangkut industri terigu dan mi di Indonesia. “Yang pasti, hingga saat ini, tidak ada hal yang extra ordinary,” kata Franky. Pada 2007, pendapatan Indofood naik 26,97% menjadi Rp 27,858 triliun. Menurut dia, pertumbuhan pendapatan itu disebabkan kenaikan penjualan di hampir seluruh kelompok usaha strategis (grup produk konsumen bermerek, Bogasari, agribisnis, dan distribusi) yang dipicu oleh perluasan cakupan wilayah distribusi, peningkatan strategi pemasaran, dan peluncuran berbagai produk baru, serta kenaikan harga CPO

Posted in Labels: , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.