BBM Naik, Rakyat Miskin Bertambah

JAKARTA, JUMAT - Kenaikan harga bahan bakar minyak akan mengakibatkan meningkatnya penduduk miskin sebagaimana terjadi pada 2006. Kenaikan BBM mencapai 124 persen pada Maret dan Oktober 2005. "Padahal, di tengah gejolak pasar uang dan harga-harga komoditas strategis, kenaikan harga minyak nasional pasti akan meningkatkan inflasi. Itu berarti, pemangkasan daya beli dan mengurangi surplus ekonomi kelompok menengah bawah," tegas pengamat ekonomi politik, Ichsanuddin Noorsy, Jumat (2/5). Bila kenaikan harga BBM benar dilaksanakan, lanjuttnya, hal itu membuktikan pemerintah menjilat ludahnya sendiri. "Tidak hanya itu, pemerintah bahkan sedang memukul inflasi 2 kali lipat kelompok-kelompok masyarakat miskin yang tinggal di daerah yang akses dan produktivitasnya terbatas. Pukulan ini pernah dibuktikan oleh penelitian BPS bersama ADB di enam kabupaten miskin," jelasnya lagi. Ditambahkan,kenaikan harga minyak adalah bukti kegagalan Pemerintah, DPR dan Bank Indonesia dalam menstabilkan harga-harga, termasuk harga minyak Keinginan pemerintah yang berencana menaikkan harga BBM karena gejolak harga minyak internasional, sebutnya, pada dasarnya menunjukkan rentannya ekonomi energi nasional sekarang ini. Rencana itu, tak lain juga gambaran buruknya prediksi, perencanaan dan antisipasi pemerintah sejak 16 Agustus 2007. Noorsy mengatakan, pada Agustus 20007 dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2008, pemerintah memprediksi harga minyak tidak akan naik yang kemudian terbitlah APBN 20008 yang akhirnya gagal sebelum dilaksanakan. "Pada Februari 2008 pemerintah kembali ajukan Nota Keuangan dan RAPBNP 2008 dengan menyebutkan sebab-sebab gejolak ekonomi dan memprediksi dan menyepakati harga minyak 95 dollar AS per barrel dengan produksi 927ribu barrel per hari. Begitu APBPN P 2008, sudah dapat diduga, pemerintah akan mengubahnya lagi," papar Noorsy. "Artinya jelas, ini adalah gambaran buruknya kebijakan yang sudah nampak sejak perancangan, pembahasan hingga keputusan dibuat," jelasnya lagi. Dilihat dari aspek impor sebesar 1,2 miliar - 1,8 miliar dollar AS per bulan atau sekitar 60 persen dari kebutuhan nasional, kata Noorsy lagi,nampak bahwa ketahanan energi nasional memang rentan. Kerentan ini jelasnya,menjadi makin berlipat karena persoalan korupsi baik di sisi ekspor maupun pada sisi impor. "Tidak efektifnya kebijakan pemerintah menstabilkan harga berdampak menurunya kewibawaan pemerintah," kata Noorsy. Sebelumnya,terkait rencana kenaikkan harga BBM ini Departemen Keuangan (Depkeu) telah mengkaji kenaikan harga BBM bersubsidi sekitar 28,7 persen pada 1 Juni 2008 akibat kenaikan harga minyak dunia yang hampir menembus 120 dolar AS per barel. Ini mengakibatkan mulai turunnya kepercayaan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2008. Menurut skenario Depkeu, harga BBM jenis premium akan naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter, solar naik dari Rp 4.300 menjadi Rp 5.500 per liter, dan minyak tanah naik dari Rp 2.000 menjadi Rp 2.300 per liter.Kenaikan sebesar itu akan memberi ruang fiskal yang cukup longgar bagi APBN sebesar Rp 21,491 triliun serta menambah penghematan anggaran menjadi Rp 25,877 triliun. (YAT) Laporan Wartawan PersdaNetwork, Rachmat Hidayat

Posted in Labels: |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.