Inflasi RI Masih Bisa Diatasi

JAKARTA (Investor Daily), Ancaman inflasi terus mengancam berbagai negara di dunia. Namun, Indonesia masih memiliki kesempatan untuk menahan inflasi bila pemerintah mampu menangani masalah distribusi, menggenjot produksi pertanian, dan mengendalikan harga-harga komoditas pangan yang bersumber dari dalam negeri. Selama tiga bulan pertama tahun ini, inflasi di Indonesia sudah 3,41%. Meski tak bisa mencapai target asumsi APBN-P 2008 sebesar 6,5%, Indonesia masih memiliki potensi untuk menahan inflasi. “Kalau pemerintah mampu membuat kebijakan yang tepat dalam distribusi komoditas utama, inflasi tahun ini bisa ditahan pada level 7-7,5%,” ujar pengamat ekonomi Hamonangan Ritonga kepada Investor Daily, Rabu (23/4). Menurut Hamonangan, tekanan inflasi di Indonesia tidak terlalu mengancam perekonomian dibandingkan yang terjadi di Tiongkok yang juga didera inflasi tinggi. Inflasi tahunan (year on year/yoy) di Indonesia pada Maret 2008 sebesar 8,07%, sedangkan di Tiongkok 8,3%. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yakin, Indonesia masih mampu meredam gejolak dari pengaruh eksternal seperti kenaikan harga komoditas minyak dunia, dan berlebihnya likuiditas dunia yang mendorong arus modal berjangka pendek. Menkeu mengingatkan, inflasi tidak hanya dialami Indonesia, tetapi negara-negara lainnya seperti Tiongkok yang mencapai 8,3%. Indonesia sampai saat ini mungkin tergolong cukup bisa meredam itu. “Pertanyaannya apakah bisa itu bertahan hingga akhir tahun. Kami tentu harus manage ongkos-ongkos di APBN, sehingga confidence terhadap APBN tetap bisa terjaga," ujar Menkeu, kemarin. Secara umum, menurut Menkeu, negara-negara lain mengalami efek gejolak tersebut. Namun, Pemerintah Indonesia tetap memantau berbagai masalah harga dan pasokan seperti beras. “Pemerintah juga mengupayakan agar inflasi terjaga pada level yang setara dengan negara tetangga,” jelas dia. Hal senada diungkapkan Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah dan Direktur Perencanaan Makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Bambang Prijambodo. BI terus menganalisis sumber-sumber inflasi dari luar. “Selain dengan kebijakan moneter, harus diimbangi pula dengan perbaikan distribusi, peningkatan produksi, dan menjaga stabilitas harga-harga pangan menjadi lebih baik,” ujar Halim. Bambang Prijambodo menilai, ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dari risiko eksternal. “Hal ini dilihat dari kebutuhan pangan mampu dipenuhi oleh produksi beras dan stok beras dalam negeri,” kata dia. Dia menambahkan, faktor ketahanan ekonomi lainnya terlihat nilai tukar rupiah yang terjaga, dan stabilitas eksternal lebih baik dengan cadangan devisa yang meningkat. Berdasarkan metode perhitungan inflasi oleh BPS di 45 kota, Hamonangan, kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) beras tidak akan memberikan kontribusi besar pada laju inflasi bulan-bulan mendatang. Namun, pemerintah harus bisa menjaga arus distribusi yang lancar dan mencegah penyelundupan komoditas beras ke luar negeri karena ada disparitas harga dengan di tingkat dunia. “Inflasi bulanan April ini bisa berkisar 0,20-0,50%,” ujar dia. Hamonangan lebih mengkhawatirkan potensi inflasi dari kenaikan harga komoditas di luar beras akibat faktor eksternal, seperti kenaikan harga minyak mentah dunia. Kegagalan pengaturan distribusi bahan bakar minyak (BBM), bahkan bila pemerintah sampai menaikkan harga BBM, bakal memicu inflasi di saat harga minyak mentah dunia terus meroket sampai mendekati US$ 120 per barel. Dia mencontohkan, kenaikan harga BBM terbukti memicu inflasi Maret 2005 sebesar 1,91%, memecahkan rekor tertinggi pada bulan-bulan Maret sepanjang 10 tahun terakhir sejak krisis ekonomi 1998. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat kebijakan nyata untuk menjaga dan mengelola beban APBN terkait dengan potensi peningkatan subsidi akibat kenaikan harga minyah mentah dunia. Berdasarkan pantauan BI, ada sekitar 30 kota yang inflasinya secara rata-rata di atas nasional. Kebanyakan inflasi itu disebabkan oleh sentra-sentra nonpertanian. “Ini perlu kajian bersama karena dipengaruhi berbagai faktor. Kami juga akan lihat aliran likuiditasnya supaya tidak terjadi aliran berlebihan di satu tempat,” jelas Halim. Dia menambahkan, BI akan menjaga tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada posisi 8%. Oleh Thomas E Harefa

Posted in Labels: , , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.