Dipicu Pendapatan Tetap, April, NAB Reksa Dana Turun Rp 1,75 Triliun

JAKARTA(Investor Daily), Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tergerus sebesar Rp 1,75 triliun menjadi Rp 91,35 triliun hingga 21 April 2008 dibandingkan total NAB reksa dana per 31 Maret lalu senilai Rp 93,11 triliun. Salah satu penyebab anjloknya NAB reksa dana tersebut adalah pendapatan tetap yang turun dari Rp 19,21 triliun akhir Maret lalu menjadi Rp 17,41 triliun. Dengan begitu, reksa dana (RD) fixed income tergerus senilai Rp 1,8 triliun. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunjukkan, total unit RD fixed income ikut tergerus sebanyak1,4 miliar unit menjadi 14,25 miliar unit. Sebaliknya, penarikan unit (redemption) RD pendapatan tetap mencapai Rp 133,83 miliar. Sedangkan pemasukan (subscription) tercatat Rp 44,41 miliar. Sementara itu, NAB reksa dana saham justru naik Rp 1,2 triliun menjadi Rp 34,95 triliun. Jumlah unit penyertaan meningkat 218,3 juta unit menjadi 12,48 miliar unit. RD pasar uang melonjak menjadi Rp 164,35 miliar dan unit penyertaannya tumbuh 164,35 juta unit. Direktur Schroder Investment Management Michael Tjoajadi mengatakan, penurunan NAB reksa dana, khususnya pendapatan tetap, dipicu pengalihan (switching) danaterutama kepada saham. Sebab, anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia dijadikan sebagai mementum berinvestasi bagi para investor. “Investasi pada ekuitas sempat turun hingga 25% dari awal tahun ini. Sementara itu, harapan memperoleh imbal hasil (return) tinggi dari pasar obligasi lebih kecil dari ekuitas,” kata Michael kepada Investor Daily di Jakarta, Rabu (23/4). Dia menambahkan, pengalihan dilakukan karena investor yakin, penurunan di pasar ekuitas telah terbatas. Sedangkan penurunan di pasar obligasi masih tergantung pada ekspektasi inflasi. Dengan begitu, investor menunggu kemampuan pemerintah dalam menjaga tingkat inflasi. Menurut dia, besarnya redemption terhadap RD pendapatan tetap disebabkan investor mulai menyeimbangkan investasinya. “Mereka juga mulai ragu dampak negatif ekonomi global seiring lonjakan harga pangan dan minyak mentah,” jelas dia. Ia mengakui, switching dana dari RD pendapatan tetap kepada RD pasar uang terjadi. Dengan begitu, total NAB reksa dana pasar uang melonjak. Jangka Panjang Presiden Direktur First State Investment Management Legowo Kusumonegoro menilai, switching mungkin terjadi dari RD pendapatan tetap ke pasar uang, bahkan kepada deposito. Pengalihan itu lebih dipicu ketidakpastian pasar finansial global, sehingga investor mulai panik. Di samping itu, investor khawatir atas tingginya laju inflasi, sehingga RD pendapatan dinilai kurang menarik lagi sebagai instrumen investasi. Dia menjelaskan, RD pendapatan tetap masih menggiurkan untuk jangka panjang. “Sekarang ini yield-nya masih cukup tinggi. Jadi, untuk investasi jangka panjang tetap atraktif,” tandas dia. Legowo memprediksi, jumlah dana yang mengalir ke RD saham berpotensi tinggi. Sebab, investor asing melihat, harga saham-saham di dalam negeri relatif murah. Meski begitu, mereka tetap menunggu momentum yang pas untuk masuk kembali ke pasar saham. Oleh Deviana Chuo

Posted in Labels: , |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.