Transformasi Butuh Waktu

JAKARTA(SINDO)- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan semua pihak bersabar menunggu transformasi ekonomi di Indonesia. Saat memberikan sambutan pada pembukaan Munas Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo)VIII di Istana Negara Jakarta kemarin, Presiden menjelaskan, transformasi ekonomi yang dilaksanakan di mana pun di dunia ini selalu membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dia mencontohkan transformasi reformasi di China yang memerlukan waktu 30 tahun hingga menjadi negara yang maju seperti sekarang ini. Selain China, menurut Presiden, Jepang juga membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk menjadikan Negeri Sakura tersebut menjadi negara modern seperti sekarang. ”Transformasi juga memerlukan keseimbangan, bukan yang satu sisi, satu sektor, satu bidang, tetapi juga yang lain agar dalam transformasi dan reformasi itu iklim nasional tetap baik,stabil,”kata Presiden. Menurutnya, semua faktor itu diperlukan agar transformasi dan reformasi ekonomi ini benar-benar berjalan baik, termasuk pembangunan ekonominya. Sebelumnya, di tempat yang sama Ketua Apindo Sofjan Wanandi mengaku khawatir terhadap parlemen yang dinilai lamban dalam menyelesaikan perundang-undangan (UU). ”Kami melihat tidak ada satu UU yang mendukung pembangunan ekonomi kita yang diselesaikan oleh parlemen sekarang ini, yang dibutuhkan dalam pembangunan sekarang ini,” ujarnya. Menurut Sofjan,UU yang terakhir dikeluarkan pemerintah adalah UU tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang dianggap positif oleh semua kalangan usaha dan investor. Sementara itu, untuk UU lain yang mendukung tumbuhnya perekonomian hingga saat ini belum juga terealisasi. ”Bapak (Presiden) mengetahui bahwa UU yang namanya free trade zone (FTZ) itu harus Bapak perppukan baru jadi. UU Pajak kita belum selesai,UU Tenaga Kerja juga belum. Apalagi UU yang lain,” ujar Sofjan kepada Presiden. Meski demikian,menurut dia,para pengusaha yang tergabung dalam Apindo akan tetap berkomitmen dan bekerja keras untuk mengubah pembangunan ekonomi di negeri ini demi kemajuan di masa mendatang. Pada kesempatan itu, Presiden SBY meminta para pengusaha tidak khawatir dengan iklim perekonomian di Indonesia. Menurut dia, sudah banyak kalangan yang mempertanyakan dan meragukan apakah negara ini sama sekali tidak ada kemajuan dalam perekonomian. ”Untuk menjawab itu sebaiknya kita tenang,melakukan kontemplasi. Kita buka hati kita,jujur.Saya dengan kerendahan hati harus mengatakan, alhamdulillah berkat kebersamaan kita, perjuangan bersama, ada kemajuan dan perbaikan.” ”Meskipun saya harus dengan jujur mengakui ada banyak yang belum kita capai,”ucap Presiden yang didampingi Menakertrans Erman Suparno, Mensesneg Hatta Rajasa, Mendag Mari Elka Pangestu, dan Seskab Sudi Silalahi. Menurut Presiden, untuk memperbaiki perekonomian di negeri ini, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. ”Kita harus bekerja lebih banyak, lebih cepat di berbagai sektor, do more,”lanjutnya. Presiden menuturkan, selama 3,5 tahun memimpin, pemerintahannya telah berupaya keras untuk bisa mengatasi berbagai masalah agar dunia usaha tumbuh, ekonomi tumbuh, dan kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan. ”Saya tahu, saya sangat menyadari bahwa banyak di antara saudara kita yang tidak sabar dan tidak puas,(itu) wajar. Karena ekspektasi itu tinggi sekali, ingin cepat makmur,ingin cepat berubah segalanya dan seterusnya dan seterusnya,”ucap Presiden. Untuk itu,menurut Presiden, dirinya memohon semua pihak yang merasa tidak puas dan merasa tidak sabar dapat mewujudkan ketidakpuasan dan ketidaksabaran itu dengan pikiran dan tindakantindakan positif. Presiden juga meminta dunia usaha membantu mencari solusi dan memecahkan masalah bersama dalam iklim usaha dan investasi di Indonesia mengingat masalah yang dihadapi sangat kompleks. ”Terus terang ini para menteri dan pembantu-pembantu dekat saya tahu, meskipun tidak pernah tampil di luar, saya pun juga sering tidak sabar, saya pun juga sering tidak puas,wah koktidak bisa cepat ini, wah kok ada masalah-masalah hambatan di situ dan lain-lain,” ungkapnya. Di tempat terpisah,Direktur Eksekutif Indef Ahmad Erani Yustika mengatakan, transformasi ekonomi di Indonesia butuh waktu lama karena ketidaksiapan basis infrastruktur pengetahuan masyarakat. ”Masalah terpenting adalah infrastruktur pengetahuan masyarakat belum siap sehingga ketika dibutuhkan, yang memiliki kapabilitas adalah PMA dan pekerja asing,”ujarnya. Selain itu,ungkap Ahmad, kendala lain yang dihadapi Indonesia dalam melakukan transformasi ekonomi adalah minimnya keterlibatan masyarakat dalam negeri.Hal ini terjadi seiring visi pengembangan ekonomi melalui sektor yang tidak banyak digeluti masyarakat seperti sektor finansial. Untuk itu, kata Ahmad, ada tiga hal yang harus dibenahi. Pertama, memaksimalkan pengembangan sektor ekonomi yang membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat. Kedua, percepatan pembangunan infrastruktur pengetahuan masyarakat. Ketiga, pembatasan ketergantungan kepada sumber-sumber pembiayaan asing. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih menilai,transformasi ekonomi Indonesia lambat karena pemerintah tidak konsisten dalam menjalankan paket kebijakan pembangunan. ”Selama ini, paket kebijakan pembangunan selalu meleset karena penggunaan anggarannya juga meleset,” katanya kepada SINDO tadi malam. Dia mengatakan, sebenarnya pemerintah mempunyai paket kebijakan yang baik, misalnya program revitalisasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur seperti pemenuhan kebutuhan listrik. Namun, lanjut dia, implementasinya jauh dari harapan karena pelaksanaannya tidak tepat sasaran. Alhasil, apa yang dilakukan pemerintah menjadi sebuah pemborosan. ” Jika uang itu untuk rakyat miskin, tentu hal itu tidak menjadi masalah.Tapi, jika ternyata hanya untuk membiayai orang kaya,ya itu masalahnya,”tuturnya. Dia menegaskan, sudah saatnya pemerintah fokus dalam melaksanakan program atau arah pembangunan yang diinginkan. Misalnya, mengutamakan peningkatan kemampuan untuk mengolah sumber daya alam (SDA). ”Negeri kita memiliki sumber daya alam yang kaya, tapi entah kenapa kita tidak mampu memanfaatkannya. Ini berarti ada masalah. Ini harus mulai menjadi perhatian serius,”katanya. Sementara itu, ekonom Revrisond Baswir berpendapat, penyebab lambannya transformasi ekonomi karena pemerintah tidak bertekad menjadikan Indonesia sebagai bangsa mandiri. ”Salah satu pemicunya karena kebanyakan elite kita berkolaborasi dengan kepentingan asing. Ini merupakan penghambat yang paling nyata,”ungkapnya. (rarasati syarief/zaenal muttaqin/adam prawira)

Posted in Labels: |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.