BI Pertahankan SBI 8 Persen

[JAKARTA] Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan rata-rata suku bunga SBI tiga bulan di angka 8 persen dalam asumsi ekonomi makro APBNP 2008 yang sedang dibahas oleh Panitia Anggaran DPR. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S Goeltom, BI telah menyepakati beberapa besaran asumsi makro ekonomi yang diajukan pemerintah dalam APBNP 2008, namun untuk SBI, otoritas moneter memiliki pandangan sendiri. "Kami melakukan perhitungan kembali untuk asumsi makro ekonomi dalam APBNP, beberapa besaran seperti harga minyak, inflasi dan nilai tukar rupiah kami sudah sepakat. Tinggal mengenai suku bunga memang belum diputuskan di Panitia Anggaran," katanya seusai rapat kordinasi (Rakor) bulanan dengan tim perekonomian pemerintah, di Gedung A BI, Senin (24/3) malam. Rakor tersebut dihadiri Menko Perekonomian Boediono, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dan beberapa perwakilan dari Forum Komunikasi Stabilitas Sektor Keuangan (FKSSK). Miranda mengemukakan, BI tetap ingin menyampaikan pendapat kepada DPR bahwa SBI yang diasumsikan rata-rata sebesar 8 persen sepanjang 2008 merupakan angka yang lebih reasonable, sehingga keseluruhan anggaran yang akan diubah menjadi sangat kredibel. Angka tersebut, lanjut Miranda, ditetapkan setelah BI memperhitungkan besaran-besaran makro ekonomi lainnya, seperti inflasi, nilai tukar dan harga minyak yang saling berhubungan. "Kami melihatnya begini, inflasi, suku bunga, nilai tukar dan harga minyak, semuanya saling berhubungan. Oleh sebab itu, dari hitung-hitungan kami melihat bahwa angka 8 persen memiliki eksesibilitas yang tinggi dan akan menambah kredibilitas," ujarnya. Paling Tahu Menanggapi perbedaan asumsi makro di APBN antara BI dan pemerintah mengenai rata-rata suku bunga SBI tiga bulan, Sri Mulyani mengatakan, BI yang paling tahu karena menyangkut kebijakan moneter. "Dari DPR mengharapkan BI rate turun jadi 7,5 persen sementara BI tetap mematok angka 8 persen. Yang penting kita sudah informasikan ke BI dan dalam hal ini BI yang paling tahu apa yang terbaik," kata Menkeu. Menurut dia, perbedaan asumsi makro ekonomi versi pemerintah dan BI adalah wajar. Yang paling penting adalah konsistensi antara seluruh indikator-indikator makro ekonomi. "Supaya tidak menimbulkan berbagai signal atau pesan yang dianggap tidak konsisten satu sama lain, baik dalam situasi di sini maupun global," ujarnya. Sebelumnya dalam asumsi makro APBN 2008, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi (PE) sebesar 6,8 persen, inflasi 6 persen, rata-rata SBI tiga bulan 7,5 persen, rata-rata nilai tukar Rp 9.100 per dolar Amerika Serikat (AS), harga minyak US$ 60 per barel dan lifting minyak 1,034 juta barel per hari. Sedangkan BI memperkirakan PE 2008 berada di kisaran 6,2 persen sampai 6,8 persen, inflasi 6,0 sampai 6,5 persen, rata-rata SBI tiga bulan 7,5 persen, rata-rata nilai tukar Rp 9.000 sampai Rp 9.300 per dolar AS, harga minyak US$ 80 per barel dan lifting minyak 910.000 barel per hari. Namun dalam asumsi ekonomi makro APBNP 2008, pemerintah dan BI telah sepakat inflasi sebesar 6,5 persen, harga minyak US$ 85 per barel, lifting minyak 960.000 barel per hari dan rata-rata nilai tukar Rp 9.100 per dolar AS. Untuk PE 2008, asumsi pemerintah sebesar 6,4 persen, sedangkan BI memperkirakan berada di kisaran 6,2 persen sampai 6,5 persen. "Asumsi PE yang disampaikan pemerintah masih dalam range yang ditetapkan BI, jadi kami tidak ada masalah soal itu," ucap Miranda. [J-9]

Posted in Labels: |

0 comments:

Yahoo! Web Hosting - Build a great web site with our easy-to-use tools Your Ad Here

Online Payment

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.